“ Memilih
Teman yang Shalih ”
Penulis : Hendry
Syaputra
Allah Swt. Berfirman dalam surat Al-Furqan Ayat 28-29 yang
artinya:
“ Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah dating kepadaku. Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia”
“ Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran itu telah dating kepadaku. Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia”
Latar belakang
turunya ayat diatas berkaitan dengan adanya seseorang pemuka Quraisy yang
bernama Uqbah bin Abi Mu’aith, ia memiliki kepribadian yang baik , sekalipin
belum beriman kepada Rasulullah Saw. Namun, ia senang berbicara dan bertukar
pikiran dengan belia, dalam suasana pergaulan yang baik, sampai-sampai suatu ketika ia
mengundang Rasulullah Saw. Untuk bertamu dan makan di rumahnya. Ketika makanan
sudah dihidangkan, Rasulullah Saw. Mengatakan bahwa beliau tidak hendak
memakannya sebelum Uqbah menyatakan dua kalimat syahadat. Karena uqbah adalah
seorang yang baik dan memuliakan tamunya, iapun mengucapkan syahadat tersebut.
Setelah peristiwa
tersebut ia bertemu dengan kawan lamanya Ubay bin Khalaf dan ia pun menceritakan
bahwa dirinya telah bersyahadat, Ubay mencelanya dan mengatakan bahwa “kamu
lemah” seraya mengatakan “Saya tidak akan rela sebelum engkau dating kepada
Muhammad itu, caci maki ialalu ludahi mukanya”. Dengan tidak memikirkan akibat
yang jauh , Uqbah pun mengikuti provokasi sesat sahabat lamanya.
Uqbah pun mencari
Rasulullah Saw. Dan didapatinya beliau sedang besujud di Darun Nadwah, lalu
dicaci-makilah beliau dan diludahi mukanya, menghadapi penghinaan dari Uqbah
ini , beliau menjawab , “ Apabila kelak aku bertemu denganmu diluar kota
Makkah, pedangku akan memotong kepalamu”. Ketika Perang Badar, Uqbahpun
tertawan dan Rasulullah Saw. Memerintahkan Ali untuk membunuhnya sedangkan Ubay
terkena tombak , ia lari ke Makkah dan meniggal seraya berucap “duhai kiranya
aku memilih jalan bersama Rasul Allah”. (Lihat Tafsir Al-Munir, DR. Wahbah
Zuhaili).
"Aduhai
kiranya (dulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah
bagiku; kiranya Aku (dulu) tidak menjadikan si fulan sebagai teman akrab(ku).
Kalimat tersebut adalah ungkapan penyesalan seseorang yang salah memilih teman
kepercayaan, temannya itu telah menyesatkan sehingga diakhirat ia akan
menggigit kedua tangannya, menyesali sikapnya meninggalkan Rasul dan memilih
jalan orang-orang yang sesat.
Ibnu Katsir dalam
tafsirnya tidak secara detail menuklil sebab Nuzul diatas , namun menjelaskan , “Setiap orang yang dzalim
akan menyesal pada hari kiamat dengan penyesalan yang sangat, akan menggigit
kedua tangannya seraya berkata (duhai sekiranya aku memilih jalan bersama Rasul
Allah, dan duhai sekiranya aku tidak menjadikan fulan sebagai khalil (kekasih),
yaitu (teman) yang memalingkannya dari petunjuk dan beralih ke jalan kesesatan
yang ditunjukan para penyerunya baik itu Umayyah bin Khalaf atau saudaranya
Ubay bin Khalaf atau yang lainya”. Penyesalan yang akan dihadapi orang-orang
dzalim pada hari kiamat adalah akibat mereka menuruti kemauan sesat
kroni-kroninya, baik kawannya, istri atau kekasihnya, pemimpinya dan
syetan-syetan yang memberikan angan-angan dan janji palsu, gambaran penyesalan
ini disebutkan dalam Al-Quran , “ Pada hari ketika muka meeka dibolak-balikan
dalam neraka, mereka berkata “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati
pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami,
lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami timpakanlah
kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang
besar”. (Q.S. Al-Ahzab [33] : 66-68)
Memilih Teman yang Baik
Ada pepatah yang mengatakan “jangan kau
Tanya seseorang tentang dirinya tapi cukup lihat saja siapa temannya, karena
seseorang dengan temannya saling mengikuti”.
Teman sangat
berpengaruh dalam membentuk kepribadian seseorang, ia bagaikan kopi atau the
yang akan mewarnai segelas air yang bening, oleh karena itu sudah semestinya
setiap orang memperhatikan dengan siapa ia bergaul dan berteman dalam kehidupan
sehari-harinya, jika ia berteman dengan orang-orang shalih yang selalu
menasehatinya ingat kepada Allah Swt. Maka akan menjadi sebab memperbaiki
kualitas keimananya.
Sebaliknya apabila
ia berteman dengan orang-orang yang berperilaku buruk , maka perilaku buruk itu
juga akan menjangkitinya, terkecuali bergaul dengan mereka dengan maksud
berda’wah dan menasehati mereka untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan
buruknya sedangkan ia sudah memiliki kesiapan yang matang.
Tentang hal ini
Rasulullah Saw. Bersabda; “ Perumpamaan
teman yang shalih dan teman yang buruk seperti, penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi, seorang penjual minyak wangi mungkin saja ia memberimu
(minyak wangi) atau engkau membeli darinya atau engkau mendapatkan wangi yang
harum sedangkan seorang pandai besi mungkin akan membakar bajumu atau kau
memdapati bau yang buruk (darinya)”. (Muttafaq
‘Alaih)
Seorang laki-lakin
yang buruk seperti para pelaku maksiat dan orang-orang yang suka meninggalkan
shalat, mungkin suatu saat akan juga mengajaknya berlaku demikian.
Seorang wanita yang memiliki kawan-kawan yang buruk seperti para ghibah (gossip), dan berkata perkataan rendahan secara sadar atau tidak akan terpengaruh. Bagi yang telah memiliki putra-putri hendaklah mendidik mereka dengan sebaiknya memperhatikan pergaulan mereka, arahkan mereka untuk bergaul dengan teman-teman yang shalih yang senantiasa menjaga ajaran agama ini dan saling menasehati dalam kebaikan.
Seringkali keberadaan teman berpengaruh dalam keputusan kita dan mempengaruhi perilaku kita. Oleh karena itu, suatu sudah semestinya kita pandai mencari dan memilih teman . karena begitu pentingnya seorang teman, seseorang diharuskan memiliki kemampuan memilah dan memilih teman. Teman yang baik , bukan hanya sembenarkan apa yang temannya lakukan, tapi bagaimana ia mampu meluruskan dan menegur teman yang salah.
Seorang wanita yang memiliki kawan-kawan yang buruk seperti para ghibah (gossip), dan berkata perkataan rendahan secara sadar atau tidak akan terpengaruh. Bagi yang telah memiliki putra-putri hendaklah mendidik mereka dengan sebaiknya memperhatikan pergaulan mereka, arahkan mereka untuk bergaul dengan teman-teman yang shalih yang senantiasa menjaga ajaran agama ini dan saling menasehati dalam kebaikan.
Seringkali keberadaan teman berpengaruh dalam keputusan kita dan mempengaruhi perilaku kita. Oleh karena itu, suatu sudah semestinya kita pandai mencari dan memilih teman . karena begitu pentingnya seorang teman, seseorang diharuskan memiliki kemampuan memilah dan memilih teman. Teman yang baik , bukan hanya sembenarkan apa yang temannya lakukan, tapi bagaimana ia mampu meluruskan dan menegur teman yang salah.
Mudah-mudahan Allah Swt. Memberikan kita petunjuk untuk
menerima kebenaran dan melindungi kita dari setiap bujuk rayu para penyeru
kesesatan. Wallahu a’alam.
2 comments:
Terimakasih atas tulisannya pak Hans. Salam sukses
http:oceaniatravel.co.id/
mantap bos artikelnya, Mohon di link back http://baraya-adventure.blogspot.com/
thanks
Post a Comment